Setiap kali ibuku membelikan majalah anak-anak, yang pertama kali kutuju adalah halaman permainan menghubungkan titik satu ke titik yang lainnya. Jika titik-titik itu tepat dihubungkan maka akan membentuk sebuah gambar yang menarik. Kadang membentuk seekor hewan, manusia, kapal dll. Bagiku yang waktu itu masih berusia TK permainan ini saya seakan mendapatkan kejutan gambar dar hasil rangkaian titik -titik tersebut. Bahkan kali ini pun saya memainkannya kembali. Tentu saja bukan di salah satu halaman majalah, melainkan di sejarah kehidupan seorang pencipta Apple, Steve Jobs. Pemimpin perusahaan Apple Computer dan tokoh utama di industri komputer.
Steve memutuskan untuk keluar dari bangku kuliah karena frustasi memikirkan biayanya yang melangit. Setelah DO dia masuk kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Steve belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Saat itu dia tidak menemukan manfaat kaligrafi bagi kehidupannya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika Steve mendesain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik. Andaikan Steve tidak DO, dia tidak akan berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu Steve masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang. Steve dapat melihat rangkaian gambar mengagumkan yang disusun dari titik-titik kehidupannya.
Dari sanalah saya yakin bahwa setiap peristiwa yang terjadi baik gagal ataupun berhasil, semuanya akan membentuk deretan titik kehidupan yang harus dirangkai. Kemudian muncul pertanyaan, apa yang menyebabkan Steve mampu merangkainya sehingga menghasilkan karya yang menakjubkan? Jawabannya karena dia menyambung titik-titik itu dengan DUIT ; Doa, Usaha, Istiqamah (stabil/kontinyu) dan Tawakal. Doa tanpa usaha, omong kosong. Seseorang dikatakan telah berusaha adalah ketika dia melakukannya sampai batas paling maksimal. Untuk melakukan optimalitas ini diperlukan sikap kontinyuitas atau yang kita sebut istiqomah.
Di episode lain kehidupan Steve, kita belajar bagaimana dia dapat bertahan dan mempertahankan perjuangannya. Setelah sukses merintis Apple dari nol hingga mencapai puncak kejayaannya, Steve dipecat oleh perusahaannya sendiri. Padahal dia merintisnya selama 10 tahun bermula dari garasi orang tuanya. Steve dan kawan-kawannya bekerja keras, dan dalam 10 tahun Apple berkembang menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan. Disaat itulah Steve dikeluarkan dari perusahaannya karena perbedaan visi. Hancur?Tentu saja. Berita tentang ditendangnya Steve ada dimana-mana. Steve merasa menjadi tokoh public yang gagal. Bahkan dia berpikiran untuk mengasingkan diri. Namun bukan orang berhasil jika tidak pernah gagal. Karena kegagalan sudah menjadi bagian dari keberhasilan itu sendiri. Saat itu dia mengaku tidak melihat ada kebaikan dari peristiwa pemecatan ini, tapi belakangan baru dia sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpanya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikannya pada periode paling kreatif dalam hidupnya.
“Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpuk batu ke kepala Anda, tapi janganlah kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari.”
Steve kemudian mendirikan perusahaan bernama NEXT, lalu Pixar. Pixar tumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NEXT. Steve pun kembali lagi ke Apple. Ekologi yang Steve kembangkan di NEXT menjadi jantung bagi kebangkitan Apple. Bayangkan jika Steve memilih untuk berhenti dititik dia dipecat, dan tidak menyambungnya dengan benang kontinuitas, pastilah susunan gambarnya akan cacat. Berhenti di kegagalan. Tapi tidak, Steve telah berhasil menyambungnya dengan salah satu unsur DUIT, yaitu kontinyuitas.
Ketika segala usaha telah dilakukan dengan totalitas, maka urusan selanjutnya adalah menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Kita tidak perlu lagi menganalisa kapan dan bagaimana permintaan kita dikabulkan. Cukuplah doa dan usaha yang maksimal meyakinkan diri kita bahwa Tuhan telah menyiapkan jawaban-Nya yang terbaik.
Jika tidak ada benang merah ini, yaitu DUIT, titik -titik itu tidak akan pernah menjadi sebuah gambar utuh. Sekedar tinta yang berserakan di sebuah kertas kosong. Gagal membentuk kejutan gambar yang mengagumkan. Life is Miracles, ketika Anda dapat menyambungkan titik-titik itu dengan doa, usaha, istiqomah, dan tawakal.
“Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan. Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimanapun akan terangkai di masa datang” (Steve Job)
No comments:
Post a Comment